TATARAN
LINGUSTIK
FONOLOGI
Tugas Mata Kuliah ”Linguistik Umum”
Dosen: Prof. Dr. Jumadi, M.Pd/ Noor Cahaya, M.Pd.
Oleh:
Gusmah Rianty (NIM
A1B109234)
Dodo Wiyono (NIM
A1B109225)
Isma Selvina (NIM
A1B112226)
Yosi Kusuma Wardani (NIM
A1B112229)
Hendra Saputra
(NIM A1B112205)
Nor Ayu Kusuma Putri (NIM A1B112206)
Muhammad Rajul Kahfi
(NIM A1B112213)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2012
TATARAN
LINGUISTIK
FONOLOGI
A. Pengertian
Fonologi
Menurut Abdul Chaer (2003:102), secara etimologi istilah
“fonologi” ini dibentuk dari kata “fon” yang bermakna “bunyi” dan “logi”
yang berarti “ilmu”. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi
merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya. Objek
kajiannya adalah “fon” atau bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia.
Dari beberapa
sumber, pengertian fonologi dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Fonologi ialah bagian dari tata bahasa
yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa (Keraf, 1984: 30).
2.
Fonologi ialah bidang dalam linguistik
yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya (Kridalaksana, 1995: 57).
3.
Fonologi ialah bidang linguistik yang
mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang
secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi
yaitu ilmu (Chaer, 1994: 102).
Berdasarkan
beberapa sumber tersebut dapatlah disimpulkan bahwa fonologi ialah bidang
linguisik atau lmu bahasa yang menyelidiki, mempelajari, menganalisis, dan
membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
beserta fungsinya.
B. Cabang
Fonologi
1.
Fonetik
Fonetik merupakan studi tentang
bunyi-bunyi ujar. Maksudnya, fonetik yang merupakan cabang studi fonologi
ini mempelajari bunyi bahasa tanpa menghiraukan apakah bunyi-bunyi
tersebut berfungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Dalam fonetik, bunyi
bahasa dipelajari menurut perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya. Objek
kajiannya adalah “fon “ yakni bunyi bahasa pada umumnya.
Menurut Samsuri (1994:91), “Sebagai
ilmu, fonetik berusaha menemukan kebenaran-kebenaran umum dan memformulasikan
hukum-hukum tentang bunyi-bunyi itu dan pengucapannya; sebagai kemahiran
fonetik memakai data deskriptif daripada fonetik ilmiah guna memberi
kemungkinan pengenalan dan produksi (pengucapan) bunyi-bunyi ujar itu”
Fonetik adalah cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan bunyi-bunyi tersebut mempunyai
fungsi sebagai pembeda makna atau tidak (Chaer, 1994: 102).
Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa
bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana
menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia (Keraf, 1984: 30).
Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki penghasilan,
penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa; ilmu interdisipliner linguistik
dengan fisika, anatomi, dan psikologi (Kridalaksana, 1995: 56).
Dalam kajiannya, fonetik akan berusaha
mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya.
Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b] yang terdapat, misalnya, pada kata
[paru] dan [baru] adalah menjadi contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi
[p] dan [b] itu menyebabkan berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu (Chaer,
1994: 102).
Chaer
(2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis
fonetik, yaitu:
a. fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik
fisiologi, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja
dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu
diklasifikasikan.
b. fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai
peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi
getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya.
c. fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme
penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
Dari
ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik
adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan
masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia.
Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik
auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.
2.
Fonemik
Fonemik adalah cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai
pembeda makna. Untuk jelasnya kalau kita perhatikan baik-baik ternyata bunyi
[i] yang terdapat pada kata-kata [intan], [angin], dan [batik] adalah tidak
sama. Begitu juga bunyi [p] pada kata inggris [pace], [space], dan [map], juga
tidak sama. Ketidaksamaan bunyi [i] dan bunyi [p] pada deretan kata-kata di
atas itulah salah satu contoh obyek atau sasaran studi fonetik.
Berbeda
dengan fonetik maka fonemik sebagai cabang studi fonologi mempelajari bunyi
bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Objek
kajiannya terbatas pada fonem/ bunyi bahasa yang berfungsi membedakan
makna kata.
Dalam
uraian sebelumnya sudah dicontohkan bahwa /l/ dan /r/ dalam
kata “lupa” dan “rupa” berbeda secara fungsional. Kata “lupa” terdiri atas
bunyi /l/, /u/, /p/, dan /a/ selanjutnya kata “rupa” dibangun oleh bunyi /r/,
/u/, /p/, dan /a/. Kalau kita cermati kedua kata tersebut ternyata yang berbeda
hanyalah bunyi /l/ dalam kata “lupa” dengan bunyi /r/ dalam kata “rupa”. Oleh
karena itu, bunyi /l/ dan /r/ di dalam bahasa Indonesia, dapat dipandang
sebagai fonem yaitu lambang bunyi yang berfungsi membedakan makna.
Istilah
lain yang berkaitan dengan Fonologi antara lain fona, fonem, konsonan, dan
vokal. Fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum
terbukti membedakan arti, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran
terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang
dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi
fonem berbeda dengan huruf. Unluk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga
unsur yang penting yaitu :
a.
udara,
b.
artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
c.
titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh
artikulator.
Vokal adalah fonem yang
dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan. Konsonan
adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan,
dalam hal ini yang dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya
udara keluar oleh adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator .
C.
Klasifikasi
bunyi
Pada umumnya bunyi bahasa pertama-tama di bedakan
atas vkal dan konsonan. Bunyi vocal di hasilkan dengan pita suara terbuka
sedikit. Bunyi konsonan terjadi setelah arus udara melewati pita suara yang
terbuka sedikit atau agak lebar, di teruskan ke rongga mulut atau rongga hidung
dengan mendapat hambatan di tempat-tempat artikulasi tertentu.
1.
Klasifikasi
vokal
Bunyi vocal biasanya di klasifikasikan dan di beri
nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat
vertical dan bersifat horizontal. Secara vertical dibedakan adanya vocal
tinggi, misalnya bunyi [i] dan [u]; vocal tengah, misalnya bunyi [e] dan [ǝ];
dan vocal rendah, misalnya bunyi [a]. secara horizontal dibedakan adanya vocal
depan, misalnya bunyi [i] dan [e]; vocal pusat, misalnya [ǝ]; dan vocal belakang;
misalnya bunyi [u] dan [o]. kemudian menurut bentuk mulut di bedakan adanya
vocal bundar dan vocal tak bundar.
2.
Diftong
atau vocal rangkap
Disebut diftong atau vocal rangkap karena posisi
lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya
tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah
yang bergerak, serta strikturnya. Namun, yang di hasilkan bukan dua buah bunyi,
melainkan hanya sebuah bunyi karena berada dalam satu silabel. Diftong sering
dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsure-unsurnya, sehingga dibedakan
adanya diftong naik dan diftong turun. Disebut diftong naik karena bunyi
pertama posisinya lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua; sebaliknya disebut
diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi daripada posisi bunyi
yang kedua.
3.
Klasifikasi
konsonan
Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan
tiga patokan atau criteria, yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan
cara artikulasi.
a. Berdasarkan
posisi pita suara, dibedakan adanya bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara.
Konsonan yang termasuk bunyi bersuara, antara lain, bunyi [b],[d],[g], dan
[c].konsonan yang termasuk bunyi tidak bersuara, antara lain, bunyi [s],[k],[p]
dan [t].
b. Berdasarkan
tempat artikilasinya, kita mengenal antara lain, konsonan:
1) Bilabial,
yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir; bibir bawah merapat pada
bibir atas.yang termasuk konsonan bilabial ini adalah [b],[p], dan [m].
2) Labiodental,
yaitu konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas; gigi bawah merapat
pada bibir atas. Yang termasuk konsonan labiodental inni adalah [v] dan [f].
3) Lamionalveolar,
yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi; dalam hal ini, daun lidah
menempel pada gusi.yang termasuk konsonan lamionalveolar adalah bunyi [t] dan
[d].
4) Dorsovelar,
yaitu konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit
lunak. Yang termasuk konsonan dorsovelar adalah bunyi [k] dan [g].
c. Berdasarkan
cara artikulasinya dibedakan adanya konsonan:
1) Hambat(letupan,
plosif, stop). Yang termasuk konsonan letupan ini antara lain bunyi [p], [b],
[t], [d], [k], dan [g].
2) Geseran
atau frikatif. Yang termasuk konsonan geseran antara lain bunyi [f], [s], dan
[z].
3) Paduan.
Yang termasuk konsonan paduan antara lain bunyi [c] dan [g].
4) Sengauan
atau nasal. Yang termasuk konsonan sengauan antara lain [n], [m], [ƞ].
5) Getaran
atau trill. Yang termasuk konsonan getaran antara lain [r].
6) Sampingan
atau lateral. Yang termasuk konsonan sampngan antara lain [l].
7) Hampiran
atau aproksiman. Yang termasuk konsonan hampiran antara lain [w] dan [y].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar